Bencana alam di Jepang telah melewati hari ke- 11 ( Selasa, 22 Maret 2011). Ada banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Pemandangan antrian terjadi di banyak tempat. Mulai antri beli bahan bakar, antri beras di supermarket tetapi semuanya berjalan dengan teratur. Salut buat kedisiplinan rakyat Jepang.
Setiap hari saat menuju tempat kerja, saya selalu melihat antrian memanjang di tiap pom bensin. Kadang panjang antrian mencapai 2-4 km. Walaupun antrian cukup memakan bahu jalan, akan tetapi antrian mobil ini rapi juga. Kalau biasanya jalan terbagi 2 jalur ( 2 arah berlawanan ) saat ini terbagi jadi 3 bagian, tergantung lokasi pom bensin. Dimana ada pom bensin yang jual bahan bakar, disitu banyak antrian mobil.
Saya sering heran, bagaimana bisa orang Jepang ini masih begitu tenang dan sabar antri bahan bakar. Tidak ada suara klakson ataupun makian. Semua dengan sabarnya mengantri dan setelah dapat giliran untuk membeli bahan bakar, banyak teman yg berkata, " yokatta" ( bersyukur dapat bensin ).
Bahkan saat antri minyak tanah, mereka pun antri dengan tertibnya. Mereka antri sambil membawa galon. Padahal cuacanya kadang tidak bersahabat dan seringkali terjadi listrik padam sehingga belum dapat di layani pembelian minyak tanah. Pernah 3 kali saya ikut dalam antrian minyak tanah. Ternyata pas giliranku, listrik tiba-tiba terpaksa dipadamkan. Apa boleh buat. Saya pun sadar dan berpikir,"Apa boleh buat, lebih baik besok datang lagi dan antri ". Akhirnya saya hanya mendapatkan nomor dan hari berikutnya kembali ke tempat tersebut untuk membeli minyak tanah. Benar-benar menguji kesabaran.
Begitu pula dengan antrian beras. Ada pembatasan jumlah. Seorang hanya boleh membeli sekarung. Kadang yang dijual sekarung beras @ 5 kg ataupun kalau sedang beruntung maka penjualan beras @ 10 kg. Begitu pula ada banyak rak-rak yang kosong. Ada beberapa pembatasan bahan makanan mulai beras, telor dan wortel. Banyak barang-barang yang hilang dari peredaran, misalnya nattou ( makanan khas Jepang), beras, roti, battery, tissue, susu dan makanan beku. Apa boleh buat. Memang harus sabar, tokh keadaan pasca 11 hari pun, Jepang semakin membaik keadaannya.
Ada lagi antrian panjang yaitu antri untuk memberikan bantuan bagi pengungsi korban bencana alam. Memang aneh tapi nyata. Saya yakin begitu pula di kota-kota lain di Jepang. Di kota tempat saya tinggal ( Saitama ), mulai ada trend baru, antri demi menyerahkan bantuan bagi korban bencana. Mereka terlihat antusias dan semangat untuk membantu korban. Padahal kalau dipikir Saitama pun termasuk terkena dampak gempa, hidup mulai susah juga. Masih ada ancaman radiasi. Tokyo - Saitama adalah tetangga dekat. Kalau Tokyo kena imbas radiasi artinya Saitama pasti kena imbas pula. Apa boleh buat.
Kebetulan saya ikut jadi volunteer dalam mengurus bantuan yang diterima dari warga sekitar. Luar biasa. Warga kota ini begitu sabar untuk menyerahkan bantuan. Ada berbagai macam bantuan, mulai jaket musim dingin, pakaian layak pakai, selimut, obat-obatan, kaos kaki, kaos dalam, pampers, mainan, sikat gigi, odol dan masih banyak lagi macamnya. Bahkan kemarin ( 21 Maret 2011) saat hujan lebat pun masih panjang antriannya hanya demi menyerahkan bantuan. Satu kata, " subarashii" ( luar biasa ). Saya hingga detik ini sering tidak habis pikir, rasa gotong royong, kolektivitas rakyat Jepang memang tidak diragukan lagi. Slogan suka duka di pikul bersama ternyata bukan omong kosong.
Siaran TV dan radio pun banyak yang berubah. Hari-hari pertama pasca gempa bumi, isi siaran berita mengenai gempa dan keadaan reaktor nuklir di Fukushima. Saat ini mulai sedikit berubah. Acara-acara kesayangan mulai ditayangkan. Akan tetapi masih di dominasi berita bencana alam. Banyak kisah tentang pengungsi gempa bumi sehingga pemirsa bisa tahu kebutuhan yang diinginkan pengungsi. Dalam siaran TV, tak sekalipun ditayangkan kondisi jenazah korban gempa dan tsunami. Hanya disebutkan jumlah korban meninggal dunia dan korban hilang. Bahkan saat korban gempa diungsikan ke daerah Tokyo, Saitama, ataupun Yokohama, biasanya wajah pengungsi di samarkan. Memang sungguh- sungguh berbeda dan benar-benar menghormati privacy pengungsi.
Pada saat pengungsi menyampaikan pesan dan keinginan ataupun harapan. Tidak ada yang menangis tersedu-sedu. Sedih pasti tapi pengungsi terlihat mampu mengontrol emosi. Padahal kalau pun menangis, pemirsa pun paham, memang kondisinya menyedihkan. Ada satu pengungsi yang mencari keluarganya. Apa yang dikatakannya justru bikin pemirsa terharu, " Saya sudah dalam keadaan aman, jangan kuatir. Kalau baca pesan ini, cari saya di tempat pengungsian di Miyagi ( nama tempat pengungsian). Tetap semangat!"
Ada lagi 2 bersaudara( kakak adik usia 10 tahun dan 5 tahun ) menyampaikan pesan buat kedua orang tuanya yang belum ditemukan, "Papa - Mama, jangan kuatir, kami aman-aman saja di tempat pengungsian. Semangat ya Pa, Ma. Kita pasti bisa ketemu lagi". Memang orang Jepang suka sekali dengan kata Ganbaru /gambaru ( artinya semangat untuk berjuang, melakukan yang terbaik ). Pasca gempa, kata yang paling populer adalah ganbare ( gambare) Nippon! ganbare ( gambare) Nipponjin! artinya semangat buat Jepang ! semangat rakyat / orang Jepang !
Banyak radio yang suka memutar lagu-lagu pembangkit semangat seperti, " Ashita Ga Aru Sa" artinya Masih Ada Hari Esok, dipopulerkan oleh Kyu Sakamoto dan juga lagu -lagu yang bikin pendengar tidak semakin larut dalam kesedihan. Bukan lagu patah hati atau lagu yang mendayu-dayu. BUKAN. Justru lagu - lagu ini yang sering diperdengarkan agar pendengar bangkit dan bersemangat membantu korban bencana. Bahkan saya sering dengar perkataan dari banyak orang Jepang,
" kore kara dou suru ? " artinya, " setelah ( bencana ) apa yang harus segera dilakukan ? Intinya, bangkit segera dari kesedihan. Saya pun yakin bahwa masih ada hari esok. Tetap semangat.
Ganbatte! Lagu " Ashita Ga Aru Sa" sangat populer di Jepang. Memang lagu yang luar biasa.
Kokiers, di balik bencana ternyata ada banyak mujizat. Pasca 9 hari masih diketemukan korban selamat dari reruntuhan gempa. Luar biasa. Sungguh mujizat bahkan berulang kali saya membaca berita di surat kabar Yomiuri shimbun, rasanya memang sungguh mujizat besar. Nenek dan cucu laki-lakinya selamat. Sumi Abe ( 80 tahun ) dan cucunya Jin Abe ( 16 tahun ). Keduanya diangkat dari puing-puing reruntuhan gempa. Saat reporter menjenguk Jin Abe di bangsal terlihat korban masih dalam keadaan letih dan lemas. Keduanya bertahan dari makanan di kulkas. Selama 9 hari bertahan dengan memakan yogurt dan cemilan. Keduanya tertimpa reruntuhan rumah, otomatis tidak mampu bergerak leluasa. Bahkan Sumi Abe mengalami luka di bagian kaki sehingga tidak mampu bergerak. Setiap malam Jin Abe menyelimuti neneknya yang terluka dengan selimut ( kebetulan di temukan selimut yang kering, tidak terkena luapan tsunami ). Itulah yang menyelamatkan mereka berdua.
Ada pula pasca 8 hari bencana alam, di ketemukan korban laki-laki ( 20 tahun ). Luar biasa. Saat di ketemukan korban saking shock berat sehingga tidak mampu berbicara. Tim penolong pun sempat terkesima saat menemukan korban tersebut. Korban di temukan di reruntuhan rumahnya di kota Kesennuma, prefektur Miyagi.
Di tengah bencana alam ternyata memunculkan banyak pahlawan yang berjiwa patriot. Fukushima fifty adalah The real hero, pahlawan sejati yang berjuang tanpa kenal lelah demi mengendalikan reaktor nuklir yang bermasalah. Pesan-pesan yang memilukan yang dikirimkan Fukushima fifty untuk keluarganya sungguh membuat siapapun akan pilu dan sedih. Fukushima fifty menyadari resiko terberat dalam melakukan pekerjaannya. Resiko untuk mengorbankan nyawa. Serasa menghadapi hukuman mati.
Anggota Fukushima fifty adalah teknisi garis depan dan barisan pemadam kebakaran yang sangat mengetahui reaktor nuklir tersebut. Mereka sering disebut " Fukushima fifty" realitanya adalah 200 orang pekerja yang terbagi dalam 4 shift secara bergiliran. 1 shift terdiri dari 50 orang, itulah sebabnya di sebut Fukushima fifty.
Saat ini kondisi reaktor nuklir di Fukushima ada kemajuan, akan tetapi masih cukup memprihatinkan. Kemungkinan besar reaktor nuklir akan di tutup. Ancaman radiasi masih membayangi Jepang akan tetapi sejauh ini kondisi masih terkendali. Saya yakin pemerintah Jepang akan mampu mengatasi masalah reaktor nuklir. Bisa dipercaya kredibilitas pemerintah Jepang. Masalah reaktor nuklir ini akan butuh waktu cukup lama, apa boleh buat.
Saat ini Jepang mulai bangkit. Memang masih banyak perubahan di sana sini, akan tetapi sejalan dengan waktu pasti akan membaik kondisinya. Semua memang butuh pengorbanan, ketabahan, kesabaran dan butuh waktu. Ganbatte! itsumo ganbatte! ( semangat! selalu bersemangat! ). Ashita ga aru sa ( Masih ada hari esok ).
Salam hangat dari Jepang yang mulai bangkit,
Ryu & Yuka-chan no mama
2011-03-2
Sumber photo bendera :
Komentar
Posting Komentar