Angkasawan Uni Sovet Kapten Yuri Gagarin sebelum penerbangannya ke angkasa luar yang menjadi pertama kali dalam sejarah manusia (Baikonur, 12 April 1961)
Setelah lebih dari 40 tahun diliputi misteri, hari Jumat (8/4/2011) lalu Pemerintah Rusia mengungkapkan dokumen arsip rahasia menyangkut tewasnya manusia pertama yang mengitari orbit Bumi, Yuri Gagarin. Gagarin tewas saat pesawat jet yang dia kemudikan jatuh pada 27 November 1968 atau 7 tahun setelah ia mencatat sejarah.
Arsip kepresidenan yang ditandatangani Presiden Uni Soviet pada masa itu, Leonid Brezhnev, dan diberi kode "mutlak rahasia" dibacakan pejabat teras arsip Istana Kremlin, Alexander Stepanov, dalam jumpa pers di Moskwa.
Arsip itu mengungkapkan, sebuah komisi pada era Uni Soviet menyimpulkan pada 28 November 1968—sehari setelah musibah menimpa Gagarin—bahwa penyebab tewasnya Gagarin adalah pesawat jetnya terlalu tajam bermanuver saat menghindari sebuah balon cuaca. Alasan lain—tetapi ini kurang diyakini—adalah menghindar masuk batas teratas lapisan awan.
Stepanov mengungkapkan, pada saat itu bermunculan berbagai spekulasi mengenai penyebab tewasnya Gagarin. Spekulasi itu termasuk tuduhan sabotase atau konspirasi yang diduga dilakukan Brezhnev, yang merasa "tersaingi" atau kalah populer dengan kosmonot pertama ini.
"Semoga diungkapkannya arsip ini akan menghilangkan berbagai spekulasi yang beredar di Rusia atau di dalam buku-buku ’sejarah semu’ yang pernah terbit," kata Stepanov.
Setengah abad Gagarin
Pengungkapan arsip rahasia istana Kremlin itu dilakukan dalam rangka memperingati setengah abad keberhasilan Gagarin melakukan penerbangan pesawat berawak manusia pertama mengelilingi orbit Bumi selama 108 menit pada 12 April 1961.
Keberhasilan Gagarin di ruang angkasa itu juga dianggap sebagai simbol "kemenangan" Uni Soviet atas Amerika Serikat dalam "perlombaan" di ruang angkasa pada masa Perang Dingin.
Menurut arsip tersebut, manuver yang dilakukan Gagarin atau kopilotnya, Vladimir Seryogin, menyebabkan pesawat jet itu dalam "kondisi superkritis sehingga pesawat (mengalami) 'stall' pada saat kondisi meteorologis yang kompleks".
Dalam rangka peringatan 50 tahun keberhasilan Gagarin pekan depan, Rusia juga meluncurkan pesawat ruang angkasa Soyuz, Selasa lalu. Pesawat berawakkan dua orang Rusia, kosmonot Alexander Samokutyaev dan Andrei Borisenko, serta seorang astronot AS, Ronald Garan.
Hari Kamis atau dua hari setelah melakukan perjalanan, kapsul TMA-21 yang diukir dengan gambar Gagarin itu berhasil melakukan docking (merapat) ke stasiun ruang angkasa milik AS, International Space Station (ISS), pada saat stasiun itu sedang mencapai orbit di atas Pegunungan Andes, Cile.
Misi Rusia di stasiun ruang angkasa AS itu juga menandai sudah berakhirnya masa-masa Perang Dingin seperti yang terjadi pada masa lalu.
Peluncuran Soyuz juga dilakukan di Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan, lokasi yang sama Gagarin terbang dalam misi ruang angkasa bersejarah pada 12 April 1961.
Misi kali ini memang menjadi bagian utama perayaan peringatan keberhasilan Gagarin, yang diprakarsai Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
Hari Kamis lalu, berbicara dalam kaitan peringatan yang sama, Perdana Menteri Vladimir Putin mengungkapkan, Rusia akan meningkatkan upaya mereka untuk melakukan eksplorasi pada sistem matahari pada dekade mendatang.
Putin juga mengatakan akan meningkatkan aktivitas ruang angkasa mereka dari semula 40 persen dari seluruh aktivitas ruang angkasa yang dilakukan dunia menjadi 50 persen dalam waktu dekat.
Proyek ruang angkasa Soyuz dalam waktu dekat juga akan menjadi proyek ruang angkasa satu-satunya yang melibatkan pengiriman manusia ke stasiun ruang angkasa ISS.
Pesawat ulang-alik AS, Endeavour, direncanakan mengangkasa akhir bulan ini dengan membawa sejumlah eksperimen fisika untuk stasiun ruang angkasa itu. Atlantis akan menutup program ulang-aliknya pada musim panas mendatang.
Menunggu sampai ada perusahaan swasta menangani pengangkutan dari dan ke stasiun ruang angkasa, NASA untuk sementara akan membayar Agen Ruang Angkasa Rusia untuk mengerjakannya, melalui Soyuz.(AFP/AP/Reuters/SHA)
Sumber : Kompas
Komentar
Posting Komentar